Thursday, October 22, 2020

"Tanpa Aku"

"Tanpa Aku" menggambarkan proses Panji Sakti yang sedang belajar meniadakan ke-aku-an pada dirinya, lewat kecintaannya mengikuti kajian-kajian sufistik. 

"Tanpa Aku" adalah istilah sederhana, ringan dan cocok untuk judul sebuah lagu, namun sebenarnya menggambarkan cita-cita tertinggi para sufi: bahwa dirinya sudah sesuai dengan apa yang Tuhan kehendaki. Dengan kata lain, dirinya tidak lagi berisi kehendaknya sendiri, namun hanya sebuah wadah yang siap untuk menyambut kehendak Tuhan. inilah arti istilah "hamba Tuhan". Apa yang Tuhan kehendaki, dia akan melaksanakan. 
"Tanpa Aku" adalah sebuah proses—dan memang bukan proses yang mudah. Ketika seseorang hamba diberi bakat tertentu seperti menciptakan lagu, maka Sang Hamba sedapat mungkin akan menggunakan bakat pemberian Tuhan itu bukan untuk bicara bukan tentang dirinya, melainkan tentang Tuhan—yang boleh saja disamarkan dalam bentuk dan kata apapun. 

Bagi seorang Panji, ketika lagunya membuat seorang pendengar mengingat Tuhan, cukuplah membuatnya bahagia. 

Itulah intinya. Konser "Tanpa Aku" adalah bagian dari perjalanan Sang Pemusik untuk menuju ke sana. (Ditulis oleh: Herry Mardian)

: :

Konser Sembunyi: Tanpa Aku


Keakuan adalah masalah terbesar dalam perjalanan penghambaan. Sebuah kalimat paling populer bahwa Dia Yang Maha Tunggal tidak beranak dan tidak diperanakkan oleh sesuatu apapun, dan tidak ada satu zat pun yang setanding yang bisa disandingkan dengan kemahaagungan-Nya. Namun, disadari atau tidak, Sang Hamba-lah yang seringkali berkhianat. Menyandingkan Dia Yang Maha Tunggal dengan diri, dengan kepentingan, bahkan mengandalkan amal-amalnya selama hidup. Memperkosa Tuhan diam-diam seringkali tanpa disadari jadi santapan lezat bagi lambung kesombongan.

Keakuan adalah termasuk dosa paling purba di antara makhluk-makhluk-Nya. Merasa diri paling bisa diandalkan untuk menyelesaikan masalah hidup tanpa melibatkan-Nya adalah jalan menuju kerugian besar-besaran. "Tanpa Aku" menjadi judul lagu dan konser kali ini, selain karena lagunya masih baru selesai dibuat, juga menunjukkan bahwa ada kepentingan sentral pada diri yang  yang harus ditata atau bahkan dilupakan kalau mau lebih intim dengan Sang Maha Cinta.

Judul lagunya sendiri memang tidak lantas menjadi "Hanya Engkau", karena penerima dan penulis memang sedang dalam perjalanan menuju penaklukan atas dirinya sendiri. Mungkin masih jauh tujuan itu tercapai, tapi setidaknya penulis sedikit tahu bekal dan oleh-oleh apa yang paling masuk akal bisa diterima-Nya kelak. Semoga Allah redha. Inshaa Allah.
Wallahu'alam.

- @panji_sakti