Tuesday, August 22, 2023

Wajah Dalam Kolam

mengapa kali ini hanya sampai judul saja?
wajah dalam kolam, itu saja?

saya belum mau selesai, Tuan
Anda mau?
ayo lah, judulnya sudah asyik nih!

tiba-tiba saya terbangun di sebuah taman
ada kolam airnya bergejolak
seolah tak mau ditatap

tak terkira luas taman itu
tanaman dan kicau burungnya
tidak saya kenali sama sekali
tapi sumpah, indah!

perhatian saya hanya
pada permukaan kolam itu
berangsur tenang hingga
dicukupkanlah ukuran diri
terekam pada wajah air kolam
siapakah gerangan kisanak?
kenapa saya tak kenal?

saya terlempar sangat jauh
terdampar di halaman sebuah rumah
ada papan namanya, qudusiyah, katanya
tiba-tiba saya mati
dan bangun di tengah rumah
yang bagai kapal pecah

pukul tiga pagi
wajah dalam kolam belum juga saya kenali

April 2022

Muat, Yaa

ajari aku membangun sunyi
hiasannya kekosongan
bawa tahtamu
moga muat di situ
kalau tak cukup
maklumi aku yang gugup

maka urai-urailah aku
senyap dan lenyap
jangan kasih kendor!

Mei 2022

Monday, October 4, 2021

Fragmen Perahu (Lirik)

Menghembuskan nama-Mu 
Di atas perahu yang Kau lubangi
Aku cemas sendiri

Menghirup kalimat-Mu
Saat dini hari
Sanggupkah aku menghibur-Mu
Seperti Kau lakukan selalu

Kau yang mendayung menghembuskan angin. 
Menyalakan jiwa lelaki yang dingin

Esok saat sampai di pantai harapan, 
Aku tahu perjalanan belum usai
Semoga Kau tak biarkan ku sendirian

Kau-lah andalan saat aku dicumbu badai gelombang
Genggam aku
Dekap aku

Kau yang mendayung menghembuskan angin. 
Menyalakan jiwa lelaki yang dingin

Esok saat sampai di pantai harapan, 
Aku tahu perjalanan belum usai
Semoga Kau tak biarkan ku sendirian

Thursday, October 22, 2020

"Tanpa Aku"

"Tanpa Aku" menggambarkan proses Panji Sakti yang sedang belajar meniadakan ke-aku-an pada dirinya, lewat kecintaannya mengikuti kajian-kajian sufistik. 

"Tanpa Aku" adalah istilah sederhana, ringan dan cocok untuk judul sebuah lagu, namun sebenarnya menggambarkan cita-cita tertinggi para sufi: bahwa dirinya sudah sesuai dengan apa yang Tuhan kehendaki. Dengan kata lain, dirinya tidak lagi berisi kehendaknya sendiri, namun hanya sebuah wadah yang siap untuk menyambut kehendak Tuhan. inilah arti istilah "hamba Tuhan". Apa yang Tuhan kehendaki, dia akan melaksanakan. 
"Tanpa Aku" adalah sebuah proses—dan memang bukan proses yang mudah. Ketika seseorang hamba diberi bakat tertentu seperti menciptakan lagu, maka Sang Hamba sedapat mungkin akan menggunakan bakat pemberian Tuhan itu bukan untuk bicara bukan tentang dirinya, melainkan tentang Tuhan—yang boleh saja disamarkan dalam bentuk dan kata apapun. 

Bagi seorang Panji, ketika lagunya membuat seorang pendengar mengingat Tuhan, cukuplah membuatnya bahagia. 

Itulah intinya. Konser "Tanpa Aku" adalah bagian dari perjalanan Sang Pemusik untuk menuju ke sana. (Ditulis oleh: Herry Mardian)

: :

Konser Sembunyi: Tanpa Aku


Keakuan adalah masalah terbesar dalam perjalanan penghambaan. Sebuah kalimat paling populer bahwa Dia Yang Maha Tunggal tidak beranak dan tidak diperanakkan oleh sesuatu apapun, dan tidak ada satu zat pun yang setanding yang bisa disandingkan dengan kemahaagungan-Nya. Namun, disadari atau tidak, Sang Hamba-lah yang seringkali berkhianat. Menyandingkan Dia Yang Maha Tunggal dengan diri, dengan kepentingan, bahkan mengandalkan amal-amalnya selama hidup. Memperkosa Tuhan diam-diam seringkali tanpa disadari jadi santapan lezat bagi lambung kesombongan.

Keakuan adalah termasuk dosa paling purba di antara makhluk-makhluk-Nya. Merasa diri paling bisa diandalkan untuk menyelesaikan masalah hidup tanpa melibatkan-Nya adalah jalan menuju kerugian besar-besaran. "Tanpa Aku" menjadi judul lagu dan konser kali ini, selain karena lagunya masih baru selesai dibuat, juga menunjukkan bahwa ada kepentingan sentral pada diri yang  yang harus ditata atau bahkan dilupakan kalau mau lebih intim dengan Sang Maha Cinta.

Judul lagunya sendiri memang tidak lantas menjadi "Hanya Engkau", karena penerima dan penulis memang sedang dalam perjalanan menuju penaklukan atas dirinya sendiri. Mungkin masih jauh tujuan itu tercapai, tapi setidaknya penulis sedikit tahu bekal dan oleh-oleh apa yang paling masuk akal bisa diterima-Nya kelak. Semoga Allah redha. Inshaa Allah.
Wallahu'alam.

- @panji_sakti

Sunday, May 3, 2020

Halal Denganmu (#demo)





HALAL DENGANMU
Composed by Panji Sakti

Sudah cukup ku mengenalmu
Sejak dulu kita bersetuju
Terima kekuranganku
‘ku syukuri kelemahanmu
Ini aku, itu kamu

Makin dekat makin berhasrat
Makin gawat kalau kita nggak kuat
Maka sudikah dirimu
Bersusah payah bersamaku
Ikut Dia, cara Dia

Aku ingin halal denganmu
Jadi pejalan bersamamu
Mencari wajah-Nya
Rindu lirikan-Nya

Aku ingin halal denganmu
Tanpa bikin Dia cemburu
Ya semoga saja, Dia setuju
Halal segera

Aku ingin halal denganmu
Dengan jalan dan cara yang benar
Aku ingin halal denganmu
Tanpa intrik tanpa prasangka
Aku ingin segera denganmu
Penuh cinta tanpa ragu
Aku ingin segera denganmu
Halal yo… halal yo… halal yo… halal yo…
Halal yo… halal yo… halal yo… halal yo…
Ikut Dia, cara Dia

Saturday, May 2, 2020

Bikin Album Sambil Maskeran dan Bersarung-Tangan

Bismillah. Assalamu'alaykum.
Sekedar pengen bercerita sedikit tentang album yang baru saja rilis tanggal 30 April 2020 lalu, ditengah negeri yang dirundung wabah virus Corona (COVID-19).
Judul Album: Panji Sakti
Daftar menu lagu:
1.      Aku Sudah Tahu (Rilis 30 Agustus 2019)
2.      Sang Guru
3.      Evelin, Please
4.      Tafsir Cinta (Demo)
5.      Bagaimana Bisa (Demo)
6.      Halal Dengenmu (Demo)
7.      Belajar Mati (Demo)
8.      Tak Muda Lagi (Demo)
9.      Cinta Beda (Demo)
10.  Jiwaku Sekuntum Bunga Kemboja (Demo) - Versi Gitar Akustik

Lagu “Aku Sudah Tahu” rilis duluan pada tanggal 30 Agustus 2019, tadinya akan meluncurkan single kedua lagu “Kepada Nur” (musikalisasi puisi karya Moch. Syarip Hidayat) atau “Evelin, Please”, namun sejak saya mengajukan kedua lagu itu Sony Music Entertainment Indonesia (SME ID) memberi ide lain, mereka berniat meluncurkan sembilan lagu sisa yang memang direncanakan untuk diluncurkan sebagai album di kemudian hari. Setelah beberapa kali mengadakan pertemuan langsung dan daring akhirnya disepakati untuk meluncurkan album saja sekalian.
Awalnya saya akan luncurkan sendiri album demo ini, karena sempat berpikir meluncurkan lagu-lagu demo ini bukan sesuatu yang bisa menarik bagi SME, sebuah label internasional yang kita tahu mereka sudah menerbitkan berbagai genre musik dan banyak artis dari manca negara.
Mengapa “demo”? Ya, karena tujuh dari sepuluh lagu dalam album itu masih berupa demo. Ada semangat memberi pandangan pada para musisi muda yang ingin karya-karyanya rilis dengan apa yang dimudahkan, sesuai kemampuan yang ada. Banyak yang kirim demo ke label-label besar, berharap mereka tertarik menaungi mereka, mengikat mereka dengan kontrak bikin single atau album. Toh, tidak selalunya harus begitu. Dengan pesatnya pasar digital, musisi manapun bisa dengan mudah merilis karya-karyanya, tanpa harus capek melakukan koreksi pasar selera para penikmat musik. Punya karya, rekam, mixing, bikin master, punya uang sedikit bisa terus didistribusikan ke berbagai platform digital. Kalau sudah punya fan-base, tentu karya kita akan mudah diapresiasi, bikin klip murah, bisa disebarkan secara “brutal” biar makin banyak yang mengapresiasi. Ya, begitu lebih-kurangnya, kadang sepertinya tidak mudah, tapi kalau tidak mulai, maka lagu kita hanya akan menghiasi playlist di telepon genggam atau kamar kos-kosan kita saja.

Tujuh lagu dalam album ini masih berupa demo, kok bisa?
Lagu-lagu dalam album ini adalah tabungan, sudah lama tersimpan di komputer. Pengerjaannya tidak ngoyo, dan mengajukan ke label seperti soloist-soloist atau band-band lain, mengingat saya bekerja hanya di Sony Music Publisher ATV sebagai penulis lagu saja, bukan sebagai artist.
Saya mencintai pekerjaan bikin lagu, jadi kalo bikin demo ya sekalian yang bagus meski bunyinya cuma gitar dan vokal saja, rekam satu per satu, punya uang sedikit mixing, bahkan berhutang, bikin mastering, jadi deh.

 Lagu Jiwaku Sekuntum Bunga Kemboja rilis duluan pada 11 Maret 2016, untuk jadi OST sebuah sinetron di salah satu stasiun swasta di Malaysia, yang rilis tentu yang versi full string, sedangkan yang rilis tahun ini adalah versi demo-nya saya bikin pada akhir tahun 2015.

Lagu Sang Guru, satu-satunya lagu yang bukan saya penulis liriknya. Sang Guru adalah sebuah puisi karya Puji Jagad yang saya musikalisasi. Kali pertama lagu itu dipersembahkan di sebuah acara halal bihalal tahun 2017, di tahun yang sama lagu itu saya rekam betul-betul sampai mastering, bahkan saya bikin dua versi, satu versi ada pembacaan puisi dari penulis puisinya.

Pertengahan 2019 saya coba peruntungan, kirim lagu “Aku Sudah Tahu” ke label terdekat, alhasil, 30 Agustus 2019 lagu itu rilis, setidaknya saat itu saya bersuka-cita, akhirnya lagu saya yang saya bawakan sendiri rilis di tanah air.

Sisanya, lagu-lagu itu saya tulis sepanjang tahun 2018 sampai 2019, saya rekam, mix dan master hanya untuk sebagai demo. Yang saya rekam terakhir adalah lagu “Evelin, Please”, beruntung lagu ini bisa direkam di studio yang bagus dan melalui proses mix dan master.


Demikian, Sahabat-sahabat, sekilas cerita tentang album ini. Kurang detail sih, tapi semoga bisa jadi penyemangat bagi sahabat-sahabat yang rajin bikin karya musik, meskipun masih berupa karya demo aja bisa rilis kok. Tuhan Yang Maha Baik itulah yang memudahkan segala usaha itu. Belum apa-apa, tapi semoga dengan rilisnya album ini kita bisa sedikit-sedikit belajar tentang bagaimana bisnis industri musik itu berjalan. Enjoy my works! Wassalaamu'alaykum warrahmatullohi wabarrakatuh.