Sunday, December 15, 2019

Mesjid Fatimatuzzahra

Dekat kampus Fakultas Ilmu Budaya UNSOED, Purwokerto (maaf lupa perhatikan nama jalannya, apaa gitu, pokoknya lupa!)

Tiba di Stasiun KA Purwokerto pagi harinya, dijemput panitia dari Teater Teksas, hari itu Hari Jumaat 13 Desember 2019. Siangnya numpang mandi di kosan salah satu panitia, bersiap salat Jumaat. Tiba di sebuah mesjid, Mesjid Fatimatuzzahra namanya. Cantik!

Mesjid ini diresmikan tahun 90-an, katanya.
Konon salah satu penggagas pembangunan mesjid ini adalah seorang pemilik Toko Sumber Wangi di Purwokerto, saya nggak tau toko jualan apa dan di mana letaknya, saya manggut-manggut aja.

Kenapa ada kesan ketimurtengahan ternyata memang mesjid ini hasil kerja sama dengan seorang pengusaha Arab. 

Dari jauh menara mesjid sudah terlihat, menjulang gagah dan menunjuk ke arah langit, simbol bahwa hanya Dia ta'ala-lah tempat segala penghadapan wajah dunia.

Pada saya, mesjid ini menarik, selain desain penyangganya yang berkesan kokoh dan agung a la-a la eropa, ornamen dinding penutup lantai dua yang fully geometris sangat islamik, bintang 10 yang dibikin dinamis membentuk pijaran dan bahkan bunga, pun elemen-elemen estetik pada dinding di bagian mihrab meskipun bagi saya agak lebay bisa dibilang cantik.
Setelah dominasi bintang 10 dan 8, berujung di bagian atas dalam mihrab dengan bintang 5 (mungkin maksudnya sebagai simbol salat 5 waktu). 

Selain itu, dome yang gendut bikin mesjid ini makin mentereng, mesjidnya terbuka semacam pendopo khas jawatengahan, simbol keterbukaan Islam pada kemajemukan, simbol transparasi catatan keuangan dan kegiatan. Sebagaimana kita tahu, salah satu acara khas Shalat Jumaat adalah membeberkan laporan keuangan dan kegiatan masjid, kan? Sangat transparan.

Mesjid satu menara ini sudah bikin saya khusyuk hari Jumaat lalu. Sungguh beruntung bisa salat Jumaat di sini! Selain berlimpah cahaya matahari, sirkulasi udara yang memerdekakan, sound system mesjid ini juga baik kualitas dan pengaturannya. Ditambah muadzin yang suaranya seperti penyanyi RnB bikin adzan makin bisa diresapi, memberi harapan dan menumbuhkembangkan perasaan rindu.

Yang tidak kalah menarik, di luar halaman masjid tidak ada yang berjualan semacam pasar Jumaat atau pasar kaget gitu, mungkin pihak mesjid melarangnya atau orang-orang sadar bahwa "tangkapan besar" itu ada di dalam mesjid bukan di luar mesjid, karena tidak jarang para pedagang di Pasar Jumaat (di halaman mesjid lain) memaksakan dirinya menggelar sajaddah dan salat di dekat lapak dagangannya dengan alasan yang duniawi.

Ini mesjid yang kumplit, kesan Eropa, Timur Tengah dan Jawa Tengah membaur. Seolah mesjid ini berpesan pada khalayak bahwa perbedaan yang berkolaborasi akan membangun karakter yang indah dan kokoh.

Dengan desain mesjid seperti ini, perawatan bangunan mesjid perlu perhatian ekstra. Yang saya temukan hari itu, dinding pilar mulai kumuh dan berjamur, lantai di area wudhu sudah terlalu licin bikin saya jalan timik-timik biar tidak terpeleset. 
Dah ah, segitu aja.

1 comment: